SESAK yang sering dikeluhkan pengidap asma memang
menjengkelkan. Apalagi jika kekambuhannya lebih dari 1 atau 2 kali
dalam seminggu. Asma dapat mengganggu kinerja dan aktivitas seseorang
sehingga terasa menjengkelkan bagi penderitanya.
Penyakit ini bahkan
dikatakan sebagai biang kerok utama atas ketidakhadiran di tempat kerja
dan di sekolah. Selain mengganggu aktivitas, asma juga tidak dapat
disembuhkan, bahkan dapat menimbulkan kematian.
Namun bila penyakit ini
dikendalikan, kematian dapat dicegah dan gejalanya pun tidak sering
muncul. Untuk mengetahui bagaimana cara mengontrol penyakit asma,
penderita perlu mengenal asma terlebih dahulu.
Asma adalah penyakit peradangan saluran nafas kronik akibat
terjadinya peningkatan kepekaan saluran nafas terhadap berbagai
rangsangan.
Pada penderita yang peka, hal ini akan menyebabkan munculnya
serangan batuk, bunyi mengi, banyak dahak, sesak nafas, dan rasa tidak
enak di dada terutama pada malam hari atau menjelang pagi. Belum
diketahui secara pasti mengapa pada sebagian orang saluran nafasnya
meradang dan pada sebagian lain normal.
Tetapi kejadian tersebut
biasanya ditemukan pada keluarga atopik (keluarga alergi) yang dapat
mewariskan sifat alergi ini kepada turunannya.
Kelainan utama penyakit asma adalah peradangan saluran nafas,
sehingga pengelolaannya bukan ditujukan untuk menghilangkan sesak nafas
semata, tetapi juga berbagai tujuan berikut yaitu, agar penderita
dapat melakukan latihan jasmani termasuk lari dan olah raga lain,
mempunyai fungsi paru mendekati normal dan gejala asmanya menghilang
atau minimal.
Tujuan lain adalah agar serangan asma minimal, pemakaian
obat untuk serangan sesak berkurang, dan tidak ditemukan efek samping
obat.
Dalam panduan GINA (Global Initiative for
Asthma) 2002 yang dibuat oleh National Heart, Lung and Blood Institute
& World Health Organization (NHBLI/WHO), menyebutkan untuk
mewujudkan tujuan tersebut, dokter maupun penderita asma dianjurkan
untuk mempelajari, memahami, dan mengerjakan apa yang disebut “tujuh
jurus ampuh untuk mengatasi penyakit asma”.
1. Pepatah mengatakan, “tak kenal maka tak sayang”.
Ibarat sepasang muda-mudi yang baru pertama berjumpa, tak kan mau
menyayangi dan mengorbankan diri, sebelum mengenal lebih jauh
pasangannya. Demikian pula dengan penderita asma. Pengenalan tentang
seluk beluk asma, bagaimana pengobatan serta pencegahan yang benar,
akan membuat penderita dan keluarganya mengerti sehingga termotivasi
untuk berusaha kuat mengatasi penyakitnya. Karena itu edukasi menjadi
faktor kunci dalam pengobatan asma.
2. Mengetahui obat-obat asma, baik kegunaan maupun efek sampingnya.
Terdapat dua jenis obat asma yaitu, obat-obat kerja cepat untuk
mengatasi dengan segera serangan sesak nafas (reliver), dan obat-obat
pencegahan jangka lama, untuk mengatasi peradangan saluran nafas
(preventer/controller). Yang termasuk obat reliver adalah obat-obat
bronkodilator kerja cepat seperti, salbuterol Albuterol,
metaproterenol, terbutaline, dan procaterol. Selain itu, obat golongan
anti cholinergik, teofilin kerja cepat, suntikan adrenalin atau
epinefrin juga dapat dijadikan pilihan.
Penelitian para ahli belakangan ini menyebutkan
bahwa peradangan yang kronik dapat merubah struktur dinding saluran
nafas, sehingga menyebabkan remodelling pada dinding saluran nafas.
Karena itu, pengobatan pencegahan jangka lama sangat dianjurkan. Obat
pencegahan jangka lama yang dapat dipakai adalah kortikosteroid,
cromoglycate, nedcromil, agonis B2 kerja lama, teofilin lepas lambat,
dan leukotrien. Dari semua jenis obat yang tersedia, pemakaian obat
inhalasi lebih diutamakan mengingat efeknya yang cepat, dosis yang
kecil dan efek samping yang minimal meskipun diberikan dalam jangka
panjang.
3. Mengobati atau mengelola penyakit asma.
Pengobatan tidak hanya dilakukan ketika serangan asma sedang
berlangsung, tetapi juga saat tidak dalam serangan. Pengelolaan asma
saat tidak dalam serangan dilakukan melalui pengobatan pencegahan dan
latihan olah raga terpimpin. Penderita asma dengan tipe intermiten
(sangat ringan) yang kekambuhannya dalam 1 minggu kurang dari 1 atau 2
kali, tidak memerlukan pengobatan pencegahan. Namun, penderita asma
dengan tipe persisten ringan, persisten sedang dan persisten berat,
harus mendapatkan terapi pencegahan secara bertahap disesuaikan dengan
klasifikasinya.
Untuk memudahkan penanganan, penderita yang sedang mengalami
serangan asma, dibagi menjadi 3 kriteria, yaitu penderita dengan
serangan asma ringan, serangan sedang dan serangan berat. Salah satu
tanda untuk melihat pembagian berat ringannya serangan adalah dengan
melihat cara berbicara. Bila ketika berbicara penderita masih dapat
menyelesaikan kalimat, klasifikasi yang diberikan adalah serangan asma
ringan. Saat penderita berbicara dengan suara terputus-putus, maka
penderita digolongkan dalam serangan asma sedang. Tetapi jika penderita
sudah mengalami kesulitan bicara karena sesak, penderita masuk dalam
kelompok serangan asma berat. Penderita yang mengalami serangan ringan
dapat diobati sendiri di rumah. Namun penderita yang mendapatkan
serangan sedang dan berat harus ditangani di rumah sakit.
4. Mempelajari dan memahami faktor-faktor pencetus serangan asma (allergen), dan mengetahui cara mengendalikannya.
Faktor-faktor pencetus ini dapat berbeda antara penderita yang satu
dengan lainnya. Faktor-faktor yang sering dikatakan sebagai pemicu di
antaranya adalah faktor alergen, emosi atau stres, infeksi, zat
makanan, zat kimia, faktor fisik seperti perubahan cuaca, kegiatan
jasmani, dan obat-obatan.
Kerja faktor pencetus ini pun berbeda, ada
faktor pencetus yang bisa mengakibatkan penyempitan saluran nafas
(bronchospasme), seperti emosi, udara dingin, latihan, dan lain-lain.
Ada pula faktor pencetus yang terutama menyebabkan peradangan seperti
infeksi saluran pernafasan akut, alergen, zat kimia, dan asap rokok.
Sebagian besar serangan asma dapat dicegah dengan menghindari
faktor-faktor pencetus tersebut. Penderita yang gemar menghindar atau
merubah perilaku untuk menjauhi factor pemicu, akan dengan mudah
mencapai tujuan pengobatan asma. Sebaliknya, penderita yang “cuek” tak
pernah berpantang dengan faktor pemicu akan sulit memperoleh kemajuan
dalam pengobatan.
5. Membuat rencana emergensi (Action Plan).
Action plan terutama diperlukan ketika serangan asma akan kambuh,
dan penderita membutuhkan pertolongan secepatnya. Penanganan dengan
cepat dan tepat dapat dilakukan bila penderita dan keluarganya membuat
rencana emergensi secara tertulis bersama dokter, dan mengetahui kapan
penyakit asmanya mulai tidak terkendali. Namun, bila penderita tidak
mempunyai action plan, pengelolaan yang diberikan akan memakan waktu
lebih lama, bahkan dapat terjadi underdiagnosa atau overdiagnosa
sehingga merugikan penderita.
Tidak terkendalinya asma mulai tampak manakala penderita dan
keluarganya menemukan keadaan-keadaan sebagai berikut : gejala asma
semakin bertambah, pemakaian obat bronkodilator kian sering, gejala
asmanya tidak dapat dikurangi atau dihilangkan dengan bronkodilator, dan
bila mempunyai alat Peak flow meter, alat tersebut akan menunjukan
penurunan arus puncak ekspirasi (APE) serta kenaikan variability.
Sewaktu keadaan-keadaan tersebut muncul, tindakan harus segera diambil
agar penyakit kembali terkendali.
6. Rehabilitasi dan peningkatan kebugaran jasmani dengan olah raga atau latihan jasmani terpimpin.
Penderita asma sering mengalami sesak sehingga sebagian otot-otot
pernafasan kerap digunakan, sementara sebagian otot yang lain tidak.
Otot-otot pernafasan yang banyak digunakan akan membesar dan yang
jarang digunakan akan melemah. Akibatnya, efisiensi dan koordinasi
pernafasan menjadi kurang baik, fungsi paru serta pertahanan paru pun
menurun. Selain itu penderita asma juga terkadang mengalami
keterbatasan fisik atau membatasi pekerjaan fisik karena takut sesak,
sehingga kebugaran jasmaninya berkurang. Dengan melakukan latihan
jasmani secara teratur yang terpimpin, otot pernafasan akan kembali
berfungsi normal, kenaikan kapasitas vital paru meningkat dan kebugaran
jasmani pun menjadi lebih baik.
7. memonitor dan mengikuti perkembangan (follow up) penyakit penderita asma secara teratur.
Hingga kini penyakit asma belum dapat disembuhkan, dan gejala
asmanya sering bervariasi. Karena itu pengobatan harus dilakukan seumur
hidup dan dimonitor serta diiikuti perkembangannya terus menerus. Hal
ini diperlukan untuk melihat cocok tidaknya obat yang diberikan dalam
mengendalikan asma. Dokter akan mengevaluasi apakah obat perlu ditambah,
dikurangi atau dihentikan. Bila keadaan dan kebugaran jasmani
penderita memang telah membaik, pengobatan dapat dihentikan.
Mengingat keadaan sosial ekonomi di Indonesia yang cukup beragam,
para dokter diharapkan dapat mengadaptasi pengelolaan asma sesuai
dengan situasi dan kondisi yang ada. Tetapi yang terpenting prinsip
dasar pengobatan harus tetap sama. Penderita dianjurkan agar proaktif
dan semangat dalam mengatasi penyakitnya, serta tetap bekerjasama
dengan dokter agar tujuan pengobatan asma dapat terwujud. Satu hal yang
perlu diingat oleh penderita asma demi tercapainya tujuan tersebut,
jangan biarkan asma mengendalikan Anda, tetapi Anda yang harus
mengendalikan asma .
Sumber : KW~
♥ Kehidupan yang kita miliki adalah anugerah terindah, karena itulah kita harus mensyukurinya drngan menjadikan hidup kita ini berkualitas dalam segala hal, hidup dgn sehat, bugar, cantik, menarik, tidak hanya secara fisik saja terlebih secara batiniah/rohani, untuk itu tidak ada salahnya jika melalui blog ini saya ingin berbagi banyak hal penunjang dari berbagai sumber yang mungkin bisa bermanfaat bagi anda semua •♥•° ℒℴѵℯ ✿CC°•
Jumat, 02 November 2012
MENGATASI ASMA
I'm a blessed women who loved by almighty GOD, so i want to be a blessing for all of the people :) ♥CC°
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar